Beberapa Keutamaan-Keutamaan dan Peristiwa di Bulan Muharram

Syauqisubuh- Selain sebagai bulan awal dalam penanggalan Islam,
Muharram memiliki sejumlah keistimewaan yang patut kita ketahui.
Sebagaimana kita ketahui, Muharram merupakan salah satu dari empat bulan yang
diistimewakan dalam islam. Nama muharram secara bahasa artinya adalah
diharamkan
Menurut Abu ‘Amr ibn Al ‘Alaa, dinamakan muharram karena pada bulan tersebut
diharamkan terjadinya peperangan.
Muharam juga memiliki kedudukan istimewa lain dalam islam, salah satunya
muharram merupakan satu-satunya bulan yang disebut sebagai syahrullah (bulan
Allah).
a. Bulan Haram
Muharram, yang merupakan bulan pertama dalam Kalender Hijriyah, termasuk
diantara bulan-bulan yang dimuliakan (al Asy- hurul Hurum). Sebagaimana firman
Allah Ta’ala :

“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah dua belas bulan, dalam ketetapan
Allah diwaktu Dia menciptakan lanit dan bumi, diantaranya terdapat empat
bulan haram.” (Q.S. at Taubah :36).

Dalam hadis yang dari shahabat Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda

“Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaiman bentuknya semula di waktu Allah
menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan diantaranya
terdapat empat bulan yang dihormati : 3 bulan berturut-turut; Dzul Qo’dah,
Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab Mudhar, yang terdapat diantara bulan Jumada
tsaniah dan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Pada keempat bulan ini Allah melarang kaum muslimin untuk berperang. Dalam
penafsiran lain adalah larangan untuk berbuat maksiat dan dosa. Namun bukan
berarti berbuat maksiat dan dosa boleh lakukan pada bulan-bulan yang
lain. 
Sebagaimana ayat Al Qur’an yang memerintahkan kita menjaga Shalat Wustha, yang
banyak ahli Tafsir memahami shalat wustha adalah Shalat Ashar. Dalam hal ini,
shalat Ashar mendapat perhatian khusus untuk kita jaga.
Firman Allah : 
“Peliharalah segala shalat mu, dan peliharalah shalat wustha”
(Q.S. al Baqarah :238) 
Nama Muharram secara bahasa, berarti diharamkan. Maka kembali pada
permasalahan yang telah dibahas sebelumnya, hal tersebut bermakna pengharaman
perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah memilikintekanan khusus untuk
dihindari pada bulan ini.

Baca Juga

b. Bulan Allah

Bulan Muharram merupakan suatu bulan yang disebut sebagai “syahrullah” (Bulan
Allah) sebagaimana yang disampaikan Rasulullah SAW, dalam sebuah hadis. Hal
ini bermakna bulan ini memiliki keutamaan khusus karena disandingkan dengan
lafdzul Jalalah (lafadz Allah). Para Ulama menyatakan
bahwa penyandingan sesuatu pada yang lafdzul Jalalah memiliki makna tasyrif
(pemuliaan), sebagaimana istilah baitullah, Rasulullah, Syaifullah dan
sebagainya.

Rasulullah bersabda : “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa
di bula Allah (yaitu) Muharram. Sedangkan shalat yang paling utama setelah
shalat fardhu adalah shalat malam”. (H.R. Muslim)

c. Sunnah Berpuasa
Di bulan Muharram ini terdapat sebuah hari yang dikenal dengan istilah Yaumul
‘Asyuro, yaitu pada tanggal sepuluh bulan ini. Asyuro berasal dari kata
Asyarah yang berarti sepuluh.  Pada hari Asyuro ini, terdapat sebuah
sunah yang diajarkan Rasulullah saw. kepada umatnya untuk melaksanakan satu
bentuk ibadah dan ketundukan kepada Allah Ta’ala. Yaitu ibadah puasa, yang
kita kenal dengan puasa Asyuro.
Adapun hadis-hadis yang menjadi dasar ibadah puasa tersebut, diantaranya :
1.Diriwayatkan dari Abu Qatadah ra, Rasulullah saw, bersabda :

“ Aku berharap pada Allah dengan puasa Asyura ini dapat menghapus dosa
selama setahun sebelumnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

2. Ibnu Abbas ra berkata :

“Aku tidak pernah melihat Rasulullah saw, berupaya keras untuk puasa pada
suatu hari melebihi yang lainnya kecuali pada hari ini, yaitu hari as Syura
dan bulan Ramadhan.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

3. Ibnu Abbas ra berkata :
Ketika Rasulullah saw. tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi
berpuasa pada hari‚ Asyura, maka Beliau bertanya : “Hari apa ini?. Mereka
menjawab :“ini adalah hari istimewa, karena pada hari ini Allah menyelamatkan
Bani Israil dari musuhnya, Karena itu Nabi Musa berpuasa pada hari ini.
Rasulullah pun bersabda :

“Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian“ Maka beliau nerpuasa dan
memerintahkan shahabatnya untuk berpuasa. (H.R. Bukhari dan Muslim)

4.Dalam riwayat lain, Ibnu Abbas ra berkata :
Ketika Rasulullah saw. berpuasa pada hari asyura dan memerintahkan kaum
muslimin berpuasa, mereka (para shahabat) berkata : “Ya Rasulullah ini adalah
hari yang diagungkan Yahudi dan Nasrani”. Maka Rasulullah pun bersabda :”Jika
tahun depan kita bertemu dengan bulan Muharram, kita akan berpuasa pada hari
kesembilan (tanggal sembilan).“ (H.R. Bukhari dan Muslim) Imam Ahmad dalam
musnadnya dan Ibnu Khuzaimah dalam shahihnya meriwayatkan sebuah hadis dari
Ibnu Abbas ra, 
Rasulullah saw. bersabda :
“Puasalah pada hari Asyuro, dan berbedalah dengan Yahudi dalam masalah ini,
berpuasalah sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya.“ Selain hadis-hadis yang
menyebutkan tentang puasa di bulan ini, tidak ada ibadah khusus yang
dianjurkan Rasulullah untuk dikerjakan di bulan Muharram ini. Bagaimana
Berpuasa di bulan Asyura ? Ibnu Qoyyim dalam kitab Zaadul Ma’aad –berdasarkan
riwayat-riwayat yang ada- menjelaskan :
  • Urutan pertama, dan ini yang paling sempurna adalah puasa tiga hari, yaitu
    puasa tanggal sepuluh ditambah sehari sebelum dan sesudahnya (9,10,11).
  • Urutan kedua, puasa tanggal 9 dan 10. Inilah yang disebutkan dalam banyak
    hadits
  • Urutan ketiga, puasa tanggal 10 saja.
Puasa sebanyak tiga hari (9,10,dan 11) dikuatkan para para ulama dengan dua
alasan sebagai berikut :
1. Sebagai kehati-hatian, yaitu kemungkinan penetapan awal bulannya tidak
tepat,maka puasa tanggal sebelasnya akan dapat memastikan bahwa seseorang
mendapatkan puasa Tasu’a (tanggal 9) dan Asyuro (tanggal 10).
2. Dimasukkan dalam puasa tiga hari pertengahan bulan (Ayyamul bidh). Adapun
puasa tanggal 9 dan 10, dinyatakan jelas dalam hadis pada akhir hidup beliau
sudah merencanakan yang shahih, dimana Rasulullah untuk puasa pada tanggal 9.
hanya saja beliau meninggal sebelum melaksanakannya. Beliau
juga memerintahkan para shahabat untuk berpuasa pada tanggal 9 dan tanggal 10
agar berbeda dengan ibadah orang-orang Yahudi. Sedangkan puasa pada tanggal
sepuluh saja, sebagian ulama memakruhkannya, meskipun pendapat ini tidak
dikuatkan sebagian ulama yang lain. 
Secara umum, hadits-hadis yang terkait dengan puasa Muharram menunjukkan
anjuran Rasulullah saw untuk melakukan puasa,sekalipun itu hukumnya tidak
wajib tetapi sunnah muakkadah, dan tetunya kita berusaha untuk menghidupkan
sunnah yang telah banyak dilalaikan oleh kaum muslimin.
d. Diantara Peristiwa di Bulan Muharram
Pada tanggal 10 Muharram 61H, terjadilah peristiwa yang memilukan dalam di
sebuah tempat cucu Rasulullah sejarah Islam, yaitu terbunuhnya Husein yang
bernama Karbala. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan “Peristiwa Karbala”.
Pembunuhan tersebut dilakukan oleh pendukung Khalifah yang sedang berkuasa
pada saat itu yaitu Yazid bin Mu’awiyah, meskipun sebenarnya Khalifah sendiri
saat itu tidak menghendaki pembunuhan tersebut. 
Peristiwa tersebut memang sangat tragis dan memilukan bagi siapa saja yang
mengenang atau membaca kisahnya, dan kita tentu mencintai dan apalagi terhadap
orang yang dicintai Rasulullah memuliakannya. Namun musibah apapun yang
terjadi dan betapapun kita sangat , hal itu jangan sampai membawa kita larut
dalam mencintai keluarga Rasulullah kesedihan dan melakukan kegiatan-kegiatan
sebagai bentuk duka dengan yang memukulmukul diri, menangis apalagi sampai
mencela shahabat Rasulullah tidak termasuk Ahli Bait (keluarga dan keturunan
beliau). Yang mana hal ini biasa dilakukan suatu kelompok syi’ah yang mengaku
memiliki kecintaan yang sangat tinggi terhadap Ahli Bait (Keluarga
Rasulullah), padahal kenyataanya tidak demikian.

Leave a Comment