Di sisi lain, adanya “tipe ideal” membuat seseorang menjadi sangat selektif dalam memilih pasangan. Jika calon pasangan mereka nggak memenuhi satu-dua poin dalam kriterianya, boleh jadi mereka langsung mencoret nama calon dari kandidat potensial. Hal ini sebaliknya menjadi sebuah kebiasaan buruk yang perlu dihindari.
Masih dari survei yang sama, orang-orang single mengaku nggak akan berkencan dengan orang yang nggak termasuk dalam kriteria pasangan idamannya. Hal ini juga yang menjadi salah satu penyebab mereka lama menyendiri karena terlalu spesifik dengan tipe pasangan idaman.
Salah satu poin yang menjadi pertimbangan pria dan wanita dalam memilih pasangan adalah lokasi atau jarak. Ada 35% responden mengaku nggak ingin mengencani seseorang yang tinggal terlalu jauh darinya.
Umumnya, waniya menghindari pria yang lebih pendek dan lebih muda darinya. Sedangkan pria, sebanyak 30% responden mengatakan nggak terbesit dalam pikiran mereka untuk menjalin hubungan dengan wanita yang berusia lebih tua.
Psikolog Dr. Linda Papadopoulos menjelaskan, “Tipe sebenarnya ‘singkatan’ dari kesamaan orang-orang yang kamu anggap menarik. Namun, ide tentang tipe ini kerap kali hanya menjadi sebuah checklist dari hal-hal yang nampak secara fisik, misalnya usia atau tinggi badan. Bukan dari aspek kepriabadian yang membuat satu sama lain terhubungan. Kecocokan yang nggak ampak ini memang lebih sulit diidentifikasi, padahal cukup penting dalam membina sebuah hubungan.”
Linda juga mengingatkan untuk para wanita dan pria single agar lebih berhati-hati dan nggak terjebak dalam sebuah ‘tipe’. Memiliki tipe pasangan yang terlalu spesifik akan menghalangi para single untuk menemukan pasangan ideal. Hanya karena fisik seseorang nggak sesuai dengan kriteria pasangan yang mereka punya, bukan berarti satu sama lain nggak cocok bukan? Mungkin saja secara kepribadian dan kegemaran, ternyata cocok satu sama lain.
“Mungkin kamu berpikir bahwa tinggi badan itu sangat penting. Tapi pada akhirnya akan terlupakan begitu kamu bertemu dengan seseorang yang ‘klik’,” tambah Linda.
Selain itu, memilih calon pasangan berdasarkan fisik juga dinilai nggak produktif bagi kualitas hubungan asmara. Untuk pasangan yang sudah menjalin hubungan dalam waktu yang lama, berpikiran terbuka dan fokus pada hal-hal yang nggak terlihat justru menjadi hal penting daripada fokus pada hal-hal yang terlihat, seperti usia, pekerjaan, atau warna mata.
Fisik yang cocok bukan berarti kalian cocok. Sebaliknya, fisik yang nggak sesuai kriteria bukan berarti kalian nggak cocok. Pakar Percintaan eHarmony, Jemima Wade berkata, “Hanya Karena seseorang seusai dengan tipe-mu, bukan berarti kalian cocok.”
Saat memilih pasangan, baiknya mempertimbangkan fisik dan kepribadian. Jangan hanya timpang pada satu aspek saja.