Nisfu Sya’ban: Apa Saja Amalan-Amalan Yang Dianjurkan Pada Malam Itu?

Syauqisubuh- Nishfu Sya’ban merupakan momen di mana semua catatan amal
manusia di dunia ditutup sekaligus dibuka kembali catatan baru. Nisfu Sya’ban
adalah peringatan pada tanggal 15 bulan kedelapan (Sya’ban) dari kalender
Islam. Dalam tradisi Islam di Arab dan India, hari ini juga dikenal sebagai
Laylatul Bara’ah atau Laylatun Nisfe min Sha’ban atau dikenal sebagai
Shab-e-barat di Afghanistan, Bangladesh, Pakistan, Iran dan India.
Zehadul Karim dalam bukunya Dinesh Bihari Trivedi menjelaskan nama-nama
ini diterjemahkan menjadi “malam pengampunan dosa”, “malam berdoa” dan “malam
pembebasan”, dan seringkali diperingati dengan berjaga sepanjang malam untuk
beribadah. Di beberapa daerah, malam ini juga merupakan malam ketika nenek
moyang yang telah wafat diperingati.
Istighfar merupakan amalan utama yang harus dibiasakan orang Islam

Dalam Hadist

Mengenai bulan Sya’ban, ada hadits dari Usamah bin Zaid yang menanyakan pada
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa ia tidak pernah melihat beliau
melakukan puasa yang lebih semangat daripada puasa Sya’ban. Kemudian Rasul
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Bulan Sya’ban –bulan antara Rajab dan Ramadhan- adalah bulan di saat
manusia lalai. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan
kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk
berpuasa ketika amalanku dinaikkan.” (HR. An-Nasa’i no. 2359. Al-Hafizh Abu
Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Setiap pekannya, amalan seseorang juga diangkat yaitu pada hari Senin dan
Kamis. Sebagaimana disebutkan dalam hadits, 

“Amalan manusia dihadapkan pada setiap pekannya dua kali yaitu pada hari
Senin dan hari Kamis. Setiap hamba yang beriman akan diampuni kecuali hamba
yang punya permusuhan dengan sesama. Lalu dikatakan, ‘Tinggalkan mereka
sampai keduanya berdamai’.” (HR. Muslim no. 2565).

Diulas di laman Rumaysho.com (25/05/15), Al-Mundziri dalam At-Targhib
menyebutkan hadits ini, “Dikeluarkan oleh At-Thabrani dalam Al Awsath dan Ibnu
Hibban dalam kitab Shahihnya dan juga oleh Al-Baihaqi. Ibnu Majah pun
mengeluarkan hadits dengan lafazh yang sama dari hadits Abu Musa Al-Asy’ari.
Al-Bazzar dan Al-Baihaqi mengeluarkan yang semisal dari Abu Bakr Ash-Shiddiq
radhiyallahu ‘anhu dengan sanad yang tidak mengapa.”
Penulis Tuhfatul Ahwadzi lantas mengatakan, “Pada sanad hadits Abu Musa
Al-Asy’ari yang dikeluarkan oleh Ibnu Majah terdapat Lahi’ah dan ia
adalah perawi yang dinilai dha’if.” wallahua’lam
Hadits lainnya lagi adalah hadits ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma, ia
berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Allah ‘azza wa jalla mendatangi makhluk-Nya pada malam nisfu Sya’ban, Allah
mengampuni hamba-hamba-Nya kecuali dua orang yaitu orang yang bermusuhan dan
orang yang membunuh jiwa.”

Al Mundziri mengatakan, “Hadis ini dikeluarkan oleh Imam Ahmad dengan sanad
yang layyin (ada perowi yang diberi penilaian negatif atau di-jarh, namun
haditsnya masih dicatat).” Berarti hadis ini bermasalah.
Penulis Tuhfatul Ahwadzi setelah meninjau riwayat-riwayat di atas, beliau
mengatakan, “Hadis-hadis tersebut dilihat dari banyak jalannya bisa sebagai
hujjah bagi orang yang mengklaim bahwa tidak ada satu pun hadits shahih yang
menerangkan keutamaan malam nisfu Sya’ban. Wallahu Ta’ala a’lam.
Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, “Hadits yang menjelaskan keutamaan malam
nisfu Sya’ban ada beberapa. Para ulama berselisih pendapat mengenai statusnya.
Kebanyakan ulama men-dhaif-kan hadits-hadits tersebut. Ibnu Hibban mensahihkan
sebagian hadis tersebut dan beliau masukkan dalam kitab shahihnya.” (Lathaif
Al-Ma’arif, hal. 245).

Baca Juga

Amalan Nisfu Sya’ban

mengutip laman Nahdlatul Ulama di NU.or.id, Kamis (11/5/17), dianjurkan untuk
memperbanyak ibadah sunah seperti puasa. Hal ini sebagaimana dicontohkan Nabi
Muhammad SAW. Sebagaimana diriwayatkan Al Bukhari, hadist mengatakan bahwa
Nabi SAW lebih sering puasa sunah di bulan Sya’ban dibandingkan pada bulan
lainnya. Selain puasa, menghidupkan malam Sya’ban juga sangat dianjurkan
khususnya malam nisfu Sya’ban [pertengahan bulan Sya’ban]. Maksud menghidupkan
malam di sini ialah memperbanyak ibadah dan melakukan amalan baik pada malam
nisfu Sya’ban.
Sayyid Muhammad bin ‘Alawi Al-Maliki menegaskan bahwa terdapat banyak
kemuliaan di malam nisfu Sya’ban. Di antaranya, Allah akan mengampuni dosa
orang yang minta ampunan pada malam itu, mengasihi orang yang minta kasih,
menjawab do’a orang yang meminta, melapangkan penderitaan orang susah, dan
membebaskan sekelompok orang dari neraka.
Setidaknya terdapat tiga amalan yang dapat dilakukan pada malam nisfu Sya’ban.
Sebagaimana disarikan dari kitab Madza fi Sya’ban karya Sayyid Muhammad Alawi
Al-Maliki, berikut tiga amalan tersebut;

Memperbanyak Doa

Anjuran ini didasarkan pada hadits riwayat Abu Bakar bahwa Nabi Muhammad SAW
bersabda, yang artinya, “(Rahmat) Allah SWT turun ke bumi pada malam nisfu
Sya’ban. Dia akan mengampuni segala sesuatu kecuali dosa musyrik dan orang
yang di dalam hatinya tersimpan kebencian (kemunafikan),” (HR Al-Baihaqi).

Membaca Kalimat Syahadat Sebanyak-banyaknya

Dua kalimat syahadat termasuk kalimat mulia. Dua kalimat ini sangat baik
dibaca kapan pun dan di mana pun terlebih lagi pada malam nisfu Sya’ban.
Sayyid Muhammad bin Alawi mengatakan, “Seyogyanya seorang muslim mengisi waktu
yang penuh berkah dan keutamaan dengan memperbanyak membaca dua kalimat
syahadat, La Ilaha Illallah Muhammad Rasululullah, khususnya bulan Sya’ban dan
malam pertengahannya.”

Memperbanyak Istigfar

Tidak ada satu pun manusia yang bersih dari dosa dan salah. Itulah manusia.
Kesehariannya bergelimang dosa. Namun kendati manusia berdosa, Allah SWT
senantiasa membuka pintu ampunan kepada siapa pun. Karenaya, meminta ampunan
(istighfar) sangat dianjurkan terlebih lagi di malam nisfu Sya’ban. Sayyid
Muhammad bin Alawi menjelaskan, “Istighfar merupakan amalan utama yang harus
dibiasakan orang Islam, terutama pada waktu yang memiliki keutamaan, seperti
Sya’ban dan malam pertengahannya. Istighfar dapat memudahkan rezeki,
sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadits. Pada bulan Sya’ban pula
dosa diampuni, kesulitan dimudahkan, dan kesedihan dihilangkan.”

Leave a Comment